Skip to main content

Taman Nasional Ujungkulon


Taman Nasional Ujungkulon Banten, tidak semata tempat beranak pinak badak dan banteng. Cakrawala batas keindahannya. Ke ujungkulon harus bertemu badak atau harus melihat banteng liar sedanf merumput. Alam ujungkulon yang setiap harinya mengundang decak kagum. Pergilah ke Pulau Handereleum yang sehari-harinya tidak berpenghuni dan tidak ada aliran listrik. Jika malam, lampu badai sebagai penerang. Pulau ini berada di lekuk Teluk selamat datang yang tenang. Butuh satu jam perhalanan mengunakan kapal motor dari Desa Tamanjaya desa paling barat pulau jawa, menyebrang ke arah barat. Kita akan menemui rusa-rusa cantik yang jinak dan yang hidup liar.

Mereka tidak segan-segan mendekat ketika kita sedang makan berharap mendapat lemparan tuang ayam atau bonggol jagung. Di Handeuleum makanan memang teras lima kali lebih nikmat kalau kita makan di udara terbuka. Boleh saja menggotong meja makan ke luar lodge dan makan bersama di luar. Bisa pula menjaga hanya digunakan sebagai meja hanya digunakan sebagai meja prasmanan, lantas yang makan duduk bersila di atas pasir pantai di bawah keteduhan bakau besar. Maka, rusa yang tadinya makan daun-daun di antara kerapatan pepohonan dan semak-semak satu per satu keluar karena mencium bau makanan.

Di sekitar Pulau Handeuleum terserak pulau-pulau kecil yang tidak ada di peta. Pulau-pulau yang bahkan tidak bertanah. Inilah ekosistem rawa, selain ada ekosistem darat dan ekosistem laut, tiga tipe ekosistem di Taman Nasional Ujungkulon. Ada pulau-pulau yang isinya semata kumpulan pohon bakau. Pohon yang oleh penggiat konservasi sering disebut pohon mangrove. Di pulau-pulau yang tidak bertanah itu lima jenis bakau tumbuh di atas air. akar-akarnya menhunjam jauh ke dasar sungai. Di antara juluran-juluran akar bakau inilah berjenis-jenis ikan berumah. Ikan gabus dan sembilang favorit amsyarakat untuk dijadikan lauk.

Ada pula buaya yang tadinya mngapung berjemur matahari pagi, mendadak nyemplung saat melintas romobongan manusia mengayuh perahu. Ada juga sungan Cigenter, Cihandeuleum dan Cikabeumbeum. Pengayuh utama sekaligus “juru mudi” jukung yang masyarakat asli Ujungkulon akan menjawab pertanyaan-pertanyaan seputar tanaman apa yang tumbuh binatang apa saja yang ada kapan saja munculnya serta nama-nama pulau kecil di sekitarnya.